Cari Blog Ini

Selasa, 31 Juli 2012

ini cerita moe


Akhir september  beberapa tahun silam, diri moe belum tahu benar charakter teman moe. Cerita moe tak begitu menggembirakan untuk di dengar, yang ada hanya  jeritan hati yang terpantul di tiap sudut dan ruang yang hampa. Hidup moe seperti di dalam kardus yang lumayan besar, diri moe merasa tersiksa namun berusaha berontak. Tak seperti lagu saykoji  yang  jarang sekali diri moe dengar                        “ berontak dalam sempak”. Teman moe terasa begitu berbeda dari waktu ke waktu, atau memang perubahan charakter itu perlu dalam setiap diri semua orang. Entahlah… Diri moe terasa kecil dalam kardus yang telah di buat dan di peruntukan diri moe. Hidup dalam kardus itu terasa empedu yang di paksa tertelan dalam tenggorokan, mengendap dalam hati yang senyap. Adaptasi yang diri moe lakukan perlahan – lahan kardus itu mulai menyenangkan, hari – hari yang diri moe lewatkan begitu berkesan di hati, sehingga diri moe seperti tak ingin “ keluar” dari kardus itu. Sekian tahun mengikuti teman moe tak satu apapun yang diri moe dapat dan persembahkan, bahkan yang ada kekecewaan yang terdalam, pada peristiwa yang tak ingin diri moe ungkapkan “cukup siti nurbaya”. Janji teman moe untuk memberikan “ itu” teryata hanya pemanis, teman moe mengatakan “ kalo “ itu “ buat lu, hidup lu di situ” sebuah kalimat yang sangat menyakitkan dalam hati, konotasinya adalah jika keluar dari dalam kardus itu “mati”. Teman moe itu adalah seorang teman yang rupanya sangat tidak ingin melihat temannya mandiri, haruskah kita tidak ada perubahan dalam hidup, bisa kah kita hidup tanpa ingin ini dan itu? Seperti kata teman moe yang lain jadi “ kita Cuma jadi sapi perah”. Jika teman moe berubah, salah kah diri moe ingin berubah dan punya ini dan itu. Seperti teman – teman moe sebelumnya mereka pun tak dapat apa mereka harapkan dan akhirnya satu – persatu mereka keluar dari dalam kardus, karena mereka ingin perubahan.

Maka benarlah apa yang teman moe katakan konotasi keluar dalam kardus itu, diri moe telunta-lunta dan menderita karena kardus yang ada sekarang ini sangat jauh dari sifat toleransi. Diri moe jadi teringat kata - kata perjuangan “ mari bung rebut kembali ”  tapi dengan cara yang halal…insya Allah…aammmieenn ya Allah…

Kabar baik itu berhembus dari teman moe yang biasanya bersanda gurau dan tak ingin diri moe terlepas  dari sosialisasi yang ada. Jadi teringat akan lagu dari Maher Zain feat Padi “ Insya Allah” lirik lagunya begitu meresap di hati atau karena kita merasa buntu dan kita menyerahkan segala persoalan kehidupan kepadaNya.

Selasa, 29 Mei 2012

ampas moe

TEBU
Nama tanaman yang TIDAK BISA di bilang nama tanaman buah, pernah kah kita mendengar ada yang berkata “ini buah tebu manis banget”  Tanaman ini berbulu, jika kena bulunya lumayan menganggu kenyamanan anggota tubuh. Pohon tebu ini tidak bercabang, apalagi berbuah, pohon tebu ini bertunas, bisa di bilang pohon bala (sampah) karena tumbuhnya tidak teratur. Pohon tebu ini begitu mengoda jika terlihat tua, rasa yang ada di tebu begitu manis dan menyegarkan tenggorokan. Begitu pula ada ucapan/istilah dalam kehidupan kita yang konotasinya di tujukan dari TEBU “ habis manis sepah di buang”  biasanya ucapan/istilah itu acap kali di gunakan buat insan yang sedang memadu kasih, biasanya loh… tetapi bisa juga di gunakan dalam hubungan kerja/bisnis. Kita sudah merasa itulah yang terbaik yang kita berikan untuk perusahaan tetapi sikap kurang menghargai masih saja terlontar….

Jumat, 11 November 2011

coba-coba




ADA APA DENGAN KALIAN
Bila karena merusak kesehatan,rokok kalian benci
Mengapa kalian diamkan korupsi
Yang kadar memabukkannya jauh lebih tinggi?
Bila karena najis,babi kalian musuhi
Mengapa kalian abaikan korupsi
Yang lebih menjijikan ketimbang kotoran seribu babi

DARI A SAMPAI Z
Dari a sampai z dari alif sampai ya
Ku cari namamu tak ketemu
Dengan huruf dan aksara apa
Sebenarnya namamu
Harus kubaca
Ataukah aku salah mengeja?
GURUKU
Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru?